
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian integral
dari kehidupan manusia dan memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan
dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Syah (2006:1) : “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh
kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.”
Kualitas
sumber daya manusia sangat menentukan perkembangan suatu bangsa, demikian pula
halnya dengan keberhasilan dalam menghadapi persaingan global. Sumber daya
manusia yang meningkat akan menjadikan suatu bangsa menjadi bangsa yang maju.
Hal ini didukung oleh pendapat Idris dan Jamal (dalam Yahya, 2003:24) :
“Potensi dan kemampuan tenaga kerja perlu dikembangkan terus-menerus sehingga
pemanfataannya dapat semakin meningkat. Jika sumber daya manusia meningkat,
maka bangsa akan maju.”
Berdasarkan
etimologi, perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
bernalar. Bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan
tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio, sedangkan
ilmu lain menekankan hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sriyanto (2007:15) yang menyatakan : “Tujuan
pendidikan matematika di sekolah lebih ditekankan pada penataan nalar, dasar
dan pembentukan sikap, serta keterampilan dalam penerapan.”
Menurut Jhonson dan Myklebust (dalam
Abdurrahman, 1999:252) : “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan,
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.”
|
Faktor yang mempengaruhi kemampuan berprestasi
seseorang :
a. Faktor yang ada pada individu itu sendiri
(internal), yaitu kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi, seperti rasa percaya diri dan persepsi.
b. Faktor yang ada di luar individu (eksternal)
yang tediri faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang
digunakan dalam mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tesedia dan motivasi
sosial.
Kepercayaan diri merupakan salah
satu bagian faktor internal yang turut
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan
Pajares dan Schunk (dalam Ubaedy, 2007:12) :
“Self-efficacy yang bagus
akan menjadi penentu keberhasilan seseorang (pelajar) dalam menjalankan tugas.
Mereka lebih punya kesiapan mental untuk belajar, lebih punya dorongan yang
kuat untuk bekerja giat, lebih tahan dalam mengatasi kesulitan dan lebih mampu
mencapai level prestasi yang lebih tinggi.”
Tidak adanya kepercayaan diri akan
membuat siswa berkesulitan dalam berkomunikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh
Rakhmat (2006:109) : “Orang yang kurang percaya diri akan sedapat mungkin
menghindari situasi komunikasi.” Hal ini
tentunya akan mempengaruhi siswa dalam mencapai kesuksesan karena kepercayaan diri terkait
dengan bagaimana seseorang memperjuangkan keinginannya untuk meraih sesuatu
(prestasi atau performansi). Ini seperti yang dikatakan Mark Twain (dalam
Ubaedy, 2007:11) : “Apa yang anda butuhkan untuk berprestasi adalah memiliki
komitmen yang utuh dan rasa percaya diri.”
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Lubis
(2003) menyatakan :“Terdapat hubungan yang positif dan berarti antara
kepercayaan diri dengan prestasi belajar matematika siswa.”
Mengingat pentingnya kepercayaan diri
dalam belajar, maka diharapkan guru mampu meningkatkan kepercayaan dalam diri
siswa. Dengan kepercayaan diri, siswa
akan cenderung mempersepsi segala sesuatu dari sisi termasuk persepsinya
terhadap bidang studi matematika. Ini sesuai dengan pendapat Rini (dalam www.e_psikologi.com)
yang menyatakan : “Individu dengan rasa percaya diri, cenderung mempersepsi
segala sesuatu dari sisi positifnya.”
Dari keseluruhan
uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan Tinjauan Ilmiah dengan judul
: “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IX SMP
Negeri 3 Pantai Labu Tahun Ajaran 2014/2015.”
B. Permasalahan
Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan yaitu :
1. Rendahnya kemampuan dasar matematika siswa.
2. Kepercayaan diri mempunyai hubungan dengan
prestasi belajar siswa.
3. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang
sulit.

TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Kerangka
Teoritis
2.1.1.
Kepercayaan Diri
2.1.1.1. Pengertian
Kepercayaan Diri
Rasa percaya diri merupakan modal utama yang
harus dimiliki oleh seseorang dalam pergaulan. Menurut Rini (dalam www.e-psikolog.com)
: “Kepercayaan diri adalah sikap
positip seseorang individu yang
memampukan diri untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan/situasi yang dihadapinya.”
Dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi
seseorang akan mudah mengaktualisasikan dirinya. Davies (2004:1) mengatakan :
“Rasa percaya diri sering dihubungkan dengan perasaan semangat bahagia,
semangat, bergembira, dan pada umumnya memegang kendali atas kehidupan.”
Sebagian besar orang menganggap rasa percaya
diri adalah mempunyai keyakinan pada kemampuan sendiri, keyakinan pada adanya
suatu maksud dalam kehidupan, dan kepercayaan bahwa dengan akal budi mereka
akan mampu melaksanakan apa yang mereka inginkan, rencanakan dan harapkan. Hal
ini didukung oleh Ubaedy (2007:11) yang mengatakan : “Kepercayaan diri terkait
dengan bagaimana seseorang memperjuangkan keinginannya untuk meraih sesuatu
(prestasi atau performansi).” Orang-orang yang percaya diri memiliki harapan
yang realistis, dan mampu menerima diri sendiri serta tetap positif meskipun
sebagian dari harapan–harapan tidak terpenuhi.
Menurut Hakim (2005:6) : “Kepercayaan diri
dapat diartikan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk
bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.” Kepercayaan diri itu sendiri
adalah kepercayaan yang berasal dari orang lain yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan orang tersebut.
|
Menurut Yudiantoro (2006) : “Kepercayaan diri
adalah suatu keyakinan yang dalam diri seseorang bahwa ia mampu melakukan
segala sesuatu seorang diri.” Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan yang dihadapinya.
Pada dasarnya kepercayaan diri merupakan
keyakinan individu terhadap dirinya. Antoni (dalam Syamsiah, 1994:45)
mengatakan : “Kepercayaan diri adalah pengetahuan di dalam batin bahwa
seseorang dapat menangani setiap keadaan, atau dengan kata lain suatu keyakinan
terhadap diri sendiri untuk mencapai keberhasilan.” Keyakinan ini harus
didasarkan pada pengetahuan tentang dirinya sendiri atau dapat memahami diri sendiri.
Hal ini akan mendorong seseorang untuk lebih jauh mengenal dirinya. Dengan
demikian orang tersebut akan tahu segala kekurangan dan kelebihannya, sehingga
dia dapat menempatkan dirinya pada posisi yang tepat dalam pergaulan, tanpa
harus memiliki rasa malu atau kurang percaya diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri sehingga
tidak mudah terpengaruh terhadap orang lain dan mengetahui kemampuan diri
sendiri serta dapat mengambil keputusan sesuai dengan yang diharapkan dan
diinginkan untuk dapat mengembangkan potensi diri.
2.1.1.2. Ciri-Ciri
Orang Yang Memiliki Kepercayaan Diri
Pemahaman tentang kepercayaan diri akan lebih
jelas jika seseorang melihat secara langsung berbagai peristiwa atau
pengalaman yang dialami oleh dirinya sendiri atau orang lain. Berdasarkan
berbagai peristiwa dan pengalaman tersebut bisa dilihat gejala-gejala tingkah
laku seseorang yang menggambarkan adanya rasa percaya diri atau tidak. Berikut
ini adalah salah satu contoh peristiwa yang memperlihatkan adanya rasa percaya
diri :
Ani adalah siswa kelas X SMA yang selalu
menjadi juara umum di sekolahnya. Pada waktu itu kelasnya mendapatkan guru
matematika yang sangat streng dalam
mengajar. Setiap kali selesai menerangkan suatu bagian pelajaran guru selalu
memerintahkan siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. Umumnya siswa di
kelas Ani merasa tidak yakin bahkan merasa takut jika ditunjuk untuk
mengerjakan soal di papan tulis. Namun tidak demikian halnya dengan Ani, yang
memiliki keberanian untuk menjawab soal yang diberikan oleh guru. Bahkan di
setiap mata pelajaran, jika guru bertanya atau meminta seseorang mengerjakan
soal di depan kelas, ia selalu mengajukan dirinya tanpa diperintah.
Berdasarkan contoh peristiwa di atas,
bisa dilihat dengan jelas bahwa Ani adalah siswa yang memiliki kepribadian
penuh percaya diri. Dengan pengamatan yang mendalam kita dapat melihat adanya
ciri-ciri tertentu dari orang yang mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi.
Ciri-ciri tersebut seperti yang dikemukakan Hakim (2005:5) sebagai berikut :
a. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu.
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam
berbagai situasi.
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam
berbagai situasi.
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup
menunjang penampilannya.
f. Memiliki kecerdasan yang cukup.
g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.
h. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang
menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan berbahasa asing.
i.
Memiliki
kemampuan bersosialisasi.
j.
Memiliki
latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya
menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
l.
Selalu
bereaksi positif dalam menghadapi masalah.
Sejalan dengan itu Rini (dalam www.e-psikologi.com)
menyatakan :
Beberapa ciri atau karakteristik individu yang
mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah :
· Percaya akan kompetensi/kemampuan diri hingga
tidak mementingkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang
lain.
· Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis
demi diterima oleh orang lain atau kelompok.
· Berani menerima dan menghadapi penolakan orang
lain, berani menjadi diri sendiri.
·
Punya
pengendalian diri yang baik (tidak moody
dan emosinya stabil).
· Memiliki internal
locus of control (memandang keberhasilan
atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah
pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang
lain).
· Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri
sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya.
· Memiliki harapan yang realistik terhadap diri
sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud ia tetap mampu melihat sisi
positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Selain itu, beberapa ciri atau karakteristik
individu yang kurang rasa percaya
diri diantaranya adalah :
· Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata
demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok.
· Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap
penolakan.
· Sulit menerima realita diri (terlebih menerima
kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri dan dipihak lain
memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri.
· Pesimis,
mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif.
·
Takut gagal, sehingga menghindari segala
resiko dan tidak
berani memasang target untuk berhasil.
·
Cenderung
menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri).
·
Selalu menempatkan /memposisikan diri sebagai
yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu.
· Mempunyai external
locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat tergantung pada keadaan
dan pengakuan /penerimaan serta bantuan orang lain).
2.1.1.3.
Perkembangan Kepercayaan Diri
Menurut para ahli, kepercayaan diri tidak
diperoleh secara instan melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia
dini dalam kehidupan bersama orang tua. Sementara menurut Bush (dalam Kumara,
2001) :
“Perkembangan kepercayaan diri diawali dengan
pengenalan secara fisik, bagaimana seseorang menilai dirinya, menerima atau
menolaknya. Selanjutnya akan menimbulkan rasa puas atau sebaliknya rasa rendah
hati dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan mental seseorang.”
Faktor pola asuh dan interaksi di usia
dini merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.
Menurut Rini (dalam www.e-psikologi.com) : “Sikap orang tua
akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. Orang tua yang menunjukkan kasih, perhatian,
penerimaan cinta dan kasih sayang yang
tulus dengan anak akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut.”
Orang tua dan masyarakat sering kali
meletakkan harapan yang kurang realistik terhadap seorang anak ataupun
individu. Sikap suka membanding-bandingkan anak, mempergunjingkan kelemahan
anak, ataupun membicarakan kelebihan anak lain di depan anak sendiri. Situasi
ini akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi individu yang tidak bisa menerima
kenyataan dirinya, karena orang selalu mengharapkan dirinya menjadi seseorang
yang bukan dirinya sendiri. Rasa percaya dirinya begitu lemah, sementara
ketakutannya terlalu besar.
Gaya hidup, kesibukan, tuntutan jadwal
dan mencoba untuk bekerja dan bekerja
dari hari ke hari tidak membuat orang lebih percaya diri. Menurut Redenbech
(1999:2) : “Percaya diri sering kali tergantung situasi, misalnya berhubungan
dengan lingkungan masyarakat yang sudah dikenal. Orang-orang sering menjadi
tidak percaya diri ketika lingkungan ini berubah atau memasuki lingkungan
baru.” Hal ini diperkuat oleh Yudiantoro (2006) yang mengatakan : “Dengan modal
percaya diri seseorang dapat mewujudkan dan mengembangkan potensi dirinya
terhadap lingkungan yang baru, mempunyai pegangan hidup yang kuat dan mampu
mengembangkan motivasinya.”
Menurut Robert Redenbech (1998:2) :
”Percaya diri bukan berarti menjadi
keras atau seseorang yang paling sering menghibur dalam suatu kelompok.
Tetapi percaya diri merupakan kemampuan mental untuk mengurangi pengaruh
negatif dari keragu-raguan.” Seseorang yang secara mental sehat biasanya adalah
orang yang memiliki konsep diri yang positif dan merasa bahwa dirinya berharga.
Ia merasa kebutuhan-kebutuhan dirinya cukup terpenuhi, seperti kebutuhan akan
rasa aman, cinta dan harga diri. Ia merasa bebas dari perasaan-perasaan
frustasi, merasa bersalah, cemas, tegang, konflik, takut, tidak percaya diri
dan lain-lain.
Seorang siswa yang merasa
kebutuhan-kebutuhan dirinya tidak terpenuhi akan merasa bahwa dirinya tidak
berharga, tidak dibutuhkan, tidak dicintai, tidak sebaik temannya yang lain
sehingga kepercayaan diri siswa yang bersangkutan akan terganggu. Sehingga
timbul pada diri siswa perasaan seperti
rasa benci, bermusuhan atau takut terhadap teman. Ia merasa tidak aman dengan
masa depannya. Siswa dalam kondisi seperti ini sulit untuk berkonsentrasi
terhadap materi yang diberikan kepadanya, sehingga perlu mendapat perhatian
khusus mengingat kondisi yang demikian dapat mengganggu, merintangi belajar
serta motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin.
Sekolah bisa dikatakan sebagai
lingkungan yang berperan untuk bisa mengembangkan rasa percaya diri anak
setelah lingkungan keluarga.Ditinjau dari segi sosialisasi mungkin dapat
dikatakan bahwa sekolah memegang peranan lebih penting jika dibandingkan dengan
lingkungan keluarga yang jumlah individunya lebih terbatas. Di sekolah,
kepercayaan diri siswa khususnya dalam bidang matematika dapat dibangun melalui
bermacam bentuk kegiatan seperti yang dikemukakan Hakim (2005:105) sebagai
berikut :
1. Memupuk keberanian untuk bertanya.
Setiap kali mengikuti pelajaran, biasanya guru
akan memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa yang belum memahami
pelajaran yang baru diterangkan. Gejala yang sering terjadi adalah banyak siswa
yang walaupun belum mengerti, tetapi merasa malu, enggan dan tidak berani untuk
bertanya. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu memberikan pengertian dan keyakinan
kepada siswa bahwa berani bertanya adalah salah satu cara untuk mengembangkan
kepercayaan diri siswa.
2. Peran guru yang aktif bertanya kepada siswa
Salah satu jalan yang cukup efektif untuk
membangun rasa percaya diri siswa adalah dengan melalui peran guru yang aktif
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada siswa, terutama kepada mereka yang
terlalu pendiam dan bersikap tertutup. Dengan begitu mau tidak mau mereka akan
terpaksa memberanikan diri untuk menjawab. Dalam hal ini guru harus mewaspadai bahwa
setiap kali siswa ditanya secara lisan, reaksi mereka yang pertama adalah
timbulnya rasa takut salah saat
memberikan jawaban.
3.
Melatih
diskusi
Pelajaran sekolah yang diterapkan dengan
menggunakan metode diskusi merupakan salah satu cara yang efektif untuk
membangun rasa percaya diri siswa. Dalam proses diskusi, siswa akan terbiasa
berfikir keras untuk mendapatkan suatu argumentasi yang diyakininya sebagai suatu kebenaran. Jika
situasi ini sering diciptakan maka siswa akan dapat membangun rasa percaya diri
dalam tempo yang relatif cepat.
4.
Mengerjakan soal di depan kelas
Ketika siswa mengerjakan soal di depan
kelas, mereka harus memberanikan diri untuk tampil di depan orang dalam jumlah
yang besar. Di samping itu, mereka juga akan merasa tertantang untuk bisa
mengerjakan soal dengan benar. Untuk tampil di depan orang banyak setiap orang
harus membangkitkan keberaniannya. Ia juga harus membangkitkan semangatnya
untuk melawan beban mental yang timbul. Selain itu, ia pun harus membangkitkan
rasa percaya diri semaksimal mungkin untuk bisa mengerjakan sesuatu yang sesuai
dengan harapan orang banyak pada saat itu.
5. Bersaing dalam mencapai prestasi belajar
Setiap orang yang mau melibatkan dirinya dalam
suatu persaingan yang sehat dan mau memenangkan persaingan secara sehat pula,
haruslah selalu berusaha keras untuk
membangkitkan keberanian, semangat juang dan rasa percaya diri yang maksimal.
Yang perlu dicegah adalah jangan sampai persaingan di sekolah berubah atau
berlanjut menjadi persaingan yang tidak sehat seperti timbulnya suasana
permusuhan, bahkan tawuran.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kepercayaan diri diawali
dengan pengenalan diri secara fisik, mampu melakukan interaksi dengan sehat di
lingkungannya, berprestasi, aktif dalam mendekati pemecahan masalah.
2.1.1.4.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Menurut Mikessel (dalam Syamsiah,
1994:45) faktor yang mempengaruhi
perkembangan kepercayaan diri adalah :
1)
Konsep diri,
konsep diri yang dimaksud adalah pandangan dan perasaan individu tentang diri
sendiri yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh individu
berdasarkan pengalaman dan interaksi individu dengan individu yang lain.
Individu yang memiliki konsep diri yang positif yakin akan kemampuan dalam
menghadapi masalah-masalah dan menilai kepercayaan diri, sedangkan individu
yang memiliki konsep diri yang negatif cenderung peka terhadap kritik dan
pesimis terhadap kompetisi sehingga kurang memiliki kepercayaan pada diri
sendiri.
2)
Rasa Aman,
juga merupakan faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri. Rasa aman yang utama
diperoleh dari dalam rumah dan orang-orang yang disekelilingnya. Jika rasa aman
tersebut telah terbentuk maka individu akan melangkah ke luar dengan rasa
percaya diri.
3)
Kesuksesan,
setiap kali seseorang mencapai suatu kesuksesan ia akan dihadapkan pada suatu
keyakinan yang meyakinkan dirinya bahwa ia memiliki kemampuan yang cukup,
keyakinan ini akan meningkatkan kepercayaan diri.
4)
Harga Diri,
individu yang memiliki harga diri yang rendah cenderung menarik diri dari
pergaulan, tenggelam pada perasaan yang kurang menyenangkan. Individu yang
merasa kurang percaya diri takut mengatakan pendapatnya, kurang berani tampil
dan tidak berani mengkritik orang lain. Hal ini terjadi karena orang yang
memiliki harga diri yang rendah mempunyai gambaran yang amat negatif dan
cenderung memikirkan kegagalan dan tidak percaya kepada kemampuan diri sendiri.
5)
Penampilan
Fisik, individu yang memiliki daya tarik dan penampilan yang menarik merasakan
sikap sosial yang menguntungkan dalam
hal ini akan mempengaruhi konsep diri sehingga akan lebih percaya diri.
6)
Bakat, salah
satu modal utama dalam menumbuhkan rasa percaya diri adalah dengan
mengembangkan bakat yang dimiliki untuk memperoleh suatu keterampilam yang
bermanfaat bagi diri sendiri. Rasa percaya diri akan meningkat dengan mantap
jika seseorang memiliki keterampilan yang membuatnya dibutuhkan orang lain.
2.1.2 Prestasi Belajar Matematika
Menurut
Purwanto (1996:85) : “Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku yang
lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk. Perubahan-perubahan itu terjadi melalui latihan dan pengalaman, dan
bersifat relatif menetap.”
Dari
kutipan di atas, dalam hal perubahan melalui latihan dibutuhkan usaha dari
individu yang bersangkutan, sedangkan perubahan melalui pengalaman usaha dari
individu tersebut tidak tentu diperlukan. Ini mengandung arti bahwa dengan
pengalaman seseorang dapat berubah perilakunya, di samping perubahan itu dapat
disebabkan karena latihan.
Prestasi belajar merupakan penilaian
berupa angka yang dinilai dari hasil keahlian, pengetahuan dan sikap siswa
dalam mengikuti aktifitas belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryabarata
(2002:326) yang menyatakan :
“Prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha
kegiatan hasil belajar dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun
kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam periode
tertentu, atau prestasi belajar diartikan sebagai tingkat penguasaan yang
dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar-mengajar siswa dengan
tujuan pendidikan yang diterapkan.”
Prestasi belajar siswa dapat diperoleh
melalui proses keberhasilan kegiatan belajar yang telah berlangsung. Syah (2003:109)
mengatakan : “Prestasi belajar adalah peningkatan hasil melalui perubahan
belajar yang dicapai seseorang pada lembaga formal dan dilakukan secara
sengaja.” Hasil yang diperoleh berfungsi
untuk memberikan umpan balik dalam rangka memperbaiki proses belajar
mengajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta
didik setelah menjalani proses belajar-mengajar.
Menurut
Benjamin S. Bloom (dalam Abdurrahman, 1999:38) :
“Ada tiga
ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Prestasi belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemerosesan
masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi
sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).”
Menurut Romiszowski (dalam
Abdurrahman, 1999:38) :
Prestasi belajar dapat dikelompokkan dalam dua
macam kelompok yaitu pengetahuan dan keterampilan . Pengetahuan terdiri dari 4
kategori yaitu :
1.
Pengetahuan
tentang fakta
2.
Pengetahuan
tentang prosedur
3.
Pengetahuan
tentang konsep
4.
Pengetahuan
tentang prinsip
Keterampilan juga terdiri dari 4 kategori yaitu :
1. Keterampilan untuk berfikir atau keterampilan
kognitif
2.
Keterampilan
untuk bertindak atau keterampilan motorik
3.
Keterampilan
bereaksi atau bersikap, dan
4.
Keterampilan
berinteraksi
Berdasarkan beberapa pendapat para
ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa
merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembelajaran
matematika yang dinyatakan dalam bentuk
skor dari hasil tes yang dilakukan pada sejumlah materi pelajaran tersebut.
Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang baik,
sebaliknya proses pembelajaran yang tidak baik akan menghasilkan prestasi
belajar yang tidak baik pula.

PEMBAHASAN MASALAH
3.1.Kerangka Berfikir
Dari uraian dan kajian pustaka
tersebut di atas dapat diidentifikasi ciri-ciri tertentu dari orang yang
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi sebagai berikut:
a. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu.
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul dalam
berbagai situasi.
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam
berbagai situasi.
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup
menunjang penampilannya.
f. Memiliki kecerdasan yang cukup.
g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.
h. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang
menunjang kehidupannya, misalnya keterampilan berbahasa asing.
i.
Memiliki
kemampuan bersosialisasi.
j.
Memiliki
latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
k. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya
menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
l.
Selalu
bereaksi positif dalam menghadapi masalah.
Ada beberap faktor
yang mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri, diantaranya adalah :
1)
Konsep diri
2)
Rasa Aman
3)
Kesuksesan
4)
Harga Diri.
5)
Penampilan
Fisik
6)
Bakat
Di sekolah, kepercayaan diri siswa
khususnya dalam bidang matematika dapat dibangun melalui bermacam bentuk
kegiatan seperti berikut :
- Memupuk keberanian untuk bertanya.
- Peran guru yang aktif bertanya kepada siswa
3. Melatih diskusi
4. Mengerjakan soal di depan kelas
5. Bersaing dalam mencapai prestasi belajar
Prestasi belajar dapat dikelompokkan dalam dua
macam kelompok yaitu pengetahuan dan keterampilan . Pengetahuan terdiri dari 4 kategori
yaitu :
1.
Pengetahuan
tentang fakta
2.
|
3.
Pengetahuan
tentang konsep
4.
Pengetahuan
tentang prinsip
Keterampilan juga terdiri dari 4 kategori yaitu :
1. Keterampilan untuk berfikir atau keterampilan
kognitif
2.
Keterampilan
untuk bertindak atau keterampilan motorik
3.
Keterampilan
bereaksi atau bersikap, dan
4.
Keterampilan
berinteraksi
Prestasi belajar matematika siswa
merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembelajaran
matematika yang dinyatakan dalam bentuk
skor dari hasil tes yang dilakukan pada sejumlah materi pelajaran tersebut.
Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang baik,
sebaliknya proses pembelajaran yang tidak baik akan menghasilkan prestasi
belajar yang tidak baik pula.
3.2. Kerangka
konseptual
Hubungan Antara kepercayaan Diri Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Prestasi belajar erat kaitannya dengan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu. Dengan menyadari kemampuan yang
dimiliki menandakan bahwa individu tersebut memiliki kepercayaan diri.
Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari
dalam maupun dari luar individu. Di samping faktor intelektual, keberhasilan
siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh kepercayaan diri yang merupakan
faktor internal dan faktor keluarga yang merupakan faktor eksternal
Kepercayaan diri adalah sikap positif
yang memampukan diri untuk mengembangkan penilaian yang positif baik terhadap
diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Adanya
kepercayaan diri dalam diri siswa mendorongnya memiliki keberanian untuk
mengerjakan soal di depan kelas, siswa akan selalu optimis menyelesaikan segala
tugas dan kewajiban. Dengan kata lain membuat siswa menyadari kemampuan yang
ada dalam dirinya sehingga tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Hal ini tentu saja berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa .
Adanya kepercayaan diri akan menjadi
penentu keberhasilan pelajar dalam menjalankan tugas. Siswa akan lebih punya
dorongan yang kuat untuk bekerja giat, lebih tahan lama dalam mengatasi
kesulitan dan lebih mampu mencapai level prestasi yang lebih tinggi.
Demikian pula sebaliknya, jika siswa
tidak memiliki kepercayaan diri maka akan selalu merasa takut salah atau gagal
dalam penyelesaian soal matematika. Siswa akan selalu dihinggapi keragu-raguan,
mudah cemas, tidak yakin, cenderung menghindar, tidak punya inisiatif, mudah
patah semangat,dan gejala kejiwaan lainnya yang menghambatnya untuk melakukan
sesuatu sehingga bepengaruh pada prestasi belajarnya. Maka jelaslah bahwa
kepercayaan diri siswa berpengaruh pada prestasi belajar matematika siswa.
Prestasi belajar siswa yang memiliki kepercayaan diri akan lebih baik dari
siswa yang tidak memiliki kepercayaan diri.
Dengan demikian diduga terdapat
hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar matematika siswa.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari keterangan di
atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan
diri dan prestasi belajar matematika memiliki hubungan yang berarti. Artinya,
semakin tinggi kepercayaan diri siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi
belajar matematika yang diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan
diri siswa, maka akan semakin rendah
pula prestasi belajar matematika yang diperoleh siswa tersebut. Sehingga jelaslah terdapat hubungan
yang berarti antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar matematika siswa
kelas IX SMP Negeri 3 Pantai Labu Tahun Ajaran 2014/2015.
0B0YgiJihULvwYzJrMFk5WGVDaTA
0B0YgiJihULvwYzJrMFk5WGVDaTA
0 comments:
Post a Comment